ORANG YANG BERPUASA HARUS MENINGGALKAN GHIBAH


✍ _Ustadz Amir As Soronji, Lc حفظه الله_



Allah berfirman:

“Janganlah sebagian kalian menggunjing sebagian yang lain. Adakah seorang diantara kamu yang suka memakan daging saudaranya yang sudah mati? Maka tentulah kamu merasa jijik kepadanya”.

(Q.S Al-Maidah: 90)


Rasulullah shalalahu 'alaihi wassallam bersabda: “Tahukah kalian apakah ghibah itu? Para Sahabat menjawab, ‘Allah dan Rasul-Nya yang lebih mengetahui.’ Rasulullah shalalahu 'alaihi wassallam bersabda, ‘Ghibah itu adalah engkau menyebut saudaramu dengan perkara yang tidak disukainya(1). Ada yang bertanya, ‘Bagaimana pendapat anda jika perkataanku tadi benar-benar ada pada diri saudaraku?’ Beliau menjawab, ‘Jika perkataanmu itu benar-benar ada pada diri saudaramu maka engkau telah menghibahinya, jika tidak, maka engkau mengadakan kedustaan tentang dirinya.”

(H.R Muslim dalam Shahihnya, no. 2589)


Dari Anas bin Malik radiallahu'anhu, ia berkata, Rasulullah shalallahu 'alaihi wassallam bersabda: 

“Ketika aku dinaikkan ke langit (pada peristiwa Isra’ dan Mi’raj), aku melewati sekelompok orang yang mempunyai kuku-kuku dari tembaga, mereka mencakar wajah dan dada mereka dengan kuku tersebut. Aku bertanya, ‘Siapakah mereka wahai Jibril?’ Jibril menjawab, ‘Mereka adalah orang-orang yang memakan daging manusia (berbuat ghibah) dan merendahkan kehormatan orang lain’.”

(H.R Abu Dawud dalam Sunannya, no. 4878, dan dinyatakan shahih oleh Syaikh al-Albani)


Mujahid rahimahullah berkata:


“Ada dua perangai yang barangsiapa menjaga diri darinya, puasanya akan selamat, yakni ghibah, dan berdusta.”

(H.R Ibnu Abi Syaibah dalam Mushannafnya, no. 8972)


Abul ‘Aliyah rahimahullah berkata: 


“Orang yang puasa itu dihitung beribadah selama ia tidak berbuat ghibah.”

(H.R Ibnu Abi Syaibah dalam Mushannafnya, no. 8974)


___

(1) Ghibah adalah menyebutkan sesuatu yang tidak disukai oleh saudaranya, baik berkaitan

dengan dengan bentuk fisiknya dalam rangka menghinanya, seperti pincang, juling, buta, dan lain-lain, atau berkaitan dengan prilakunya, seperti dungu, bodoh, dan lain sebagainya.


(Majaalis Syahri Ramadhan, hal. 70)





══ ¤❁✿❁¤ ══


_Gabung dan ikuti Sekarang juga di Group dan Channel salamdakwah dengan setiap harinya anda mendapatkan :_


✅Video Kajian Terbaru

✅Aktualita Ilmiah

✅Tanya Ustadz 

✅Salamdakwah Image 


📲 TG Channel @salamdakwah 

📲 Group WA Ikhwan +6285819242061


======🔅======


🌎 www.salamdakwah.com 

📺Youtube 

http://bit.ly/salwatv

📲Twitter

https://twitter.com/salamdakwah?s=09

📸Instagram

https://instagram.com/salamdakwah?igshid=dosedrpbgxwj

▶️Telegram 

https://t.me/salamdakwah

Komentar

Postingan populer dari blog ini

EBOOK PARENTING SERI - 9

Pengertian Sirah Dan Pentingnya Mempelajari Sirah Nabawiyyah

Keadaan Kota Mekah Sebelum Nabi shallallāhu ’alayhi wa sallam Diutus Bagian 01 Dari 04