INTI AJARAN AGAMA NABI IBRAHIM ‘ALAIHISSALAAM


Risalah ketiga:
INTI AJARAN AGAMA NABI IBRAHIM ‘ALAIHISSALAAM

اِعْلَمْ أَرْشَدَكَ اللّٰهُ لِطَاعَتِهِ، أَنَّ الْحَنِيْفِيَّةَ مِلَّةَ إِبْرَاهِيْمَ: أَنْتَعْبُدَ اللّٰهَ وَحْدَهُ، مُخْلِصًا لَهُ الدِّيْنَ. وَبِذَلِكَ أَمَرَ اللّٰهُ جَمِيْعَ النَّاسِ وَخَلَقَهُمْ لَهَا. كَمَا قَالَ تَعَالَى:
Ketahui pula -semoga Allah senantiasa memberimu petunjuk dalam menjalankan ketaatan kepada-Nya bahwa al-Hanifiyyah (agama Nabi Ibrahim) mengajarkan agar engkau menyembah Allah semata dengan mengikhlaskan agamamu hanya untuk Dia saja. Itulah yang Allah perintahkan kepada seluruh manusia untuk menjalankannya dan untuk tujuan itu pula Dia menciptakan mereka. Hal ini sebagaimana yang Allah Ta'ala firmankan:

وَمَا خَلَقْتُ ٱلْجِنَّ وَٱلْإِنسَ إِلَّا لِيَعْبُدُونِ

Dan aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka mengabdi kepada-Ku. (QS. Adz-Dzariyaat (51) : 56)
وَمَعْنَى يَعْبُدُوْنِ يُوَحِّدُوْنِ
1. Nabi Ibrahim 'alaihissalaam adalah bapak para Nabi karena semua Nabi yang datang setelah beliau adalah keturunan beliau. (hal. 72)

2. Al-Hanifiyyah, agama Nabi Ibrahim adalah agama yang jauh dari syirik. Beliau alaihissalaam adalah seorang muslim dan hanif (tidak melakukan syirik).

Dalilnya adalah firman Allah Ta’ala:

مَا كَانَ إِبْرَٰهِيمُ يَهُودِيًّا وَلَا نَصْرَانِيًّا وَلَٰكِن كَانَ حَنِيفًا مُّسْلِمًا وَمَا كَانَ مِنَ ٱلْمُشْرِكِينَ

Ibrahim bukan seorang Yahudi dan bukan (pula) seorang Nashrani. Akan tetapi dia adalah seorang yang hanif lagi berserah diri (kepada Allah) dan sekali-kali dia tidak termasuk golongan orang-orang musyrik. ” (QS. Ali 'Imran (3): 67)

Agama Nabi Ibrahim ini adalah agama para Nabi lainnya. Agama Nabi Ibrahim tersebut mengajarkan agar kita menyembah Allah semata dengan mengikhlaskan agama kita hanya untuk Dia saja. (hal. 72-73)

3. Barangsiapa beribadah kepada Allah tanpa keikhlasan, maka ibadahnya tidak bernilai apa-apa. Barang siapa shalat, puasa, membayar zakat, pergi haji, umroh, sedekah dan melakukan berbagai ketaatan lainnya namun tidak ikhlas dalam mengerjakannya, baik karena riya' (ingin dilihat orang agar mendapatkan pujian), sum'ah (ingin didengar orang agar mendapatkan pujian), ataupun karena terkontaminasi oleh syirik

semacam berdo'a dan istighatsah (minta tolong dalam kondisi terdesak) kepada orang yang sudah meninggal, ngalap berkah di kuburan dan mempersembahkan sembelihan kepada selain Allah, maka ibadahnya tidak diterima. (hal. 74)

4. Allah memerintahkan seluruh jin dan manusia, baik dari kalangan bangsa Arab maupun non-Arab, yang berkulit putih maupun yang hitam, mulai dari manusia pertama, Adam 'alaihissalaam sampai manusia terakhir di dunia, agar mereka beribadah kepada Allah dan mengesakan-Nya dalam ibadah mereka, karena itu merupakan tujuan penciptaan mereka.

Dalilnya adalah firman Allah Subhaanahu 'wa Ta’aalaa:

وَمَا خَلَقْتُ ٱلْجِنَّ وَٱلْإِنسَ إِلَّا لِيَعْبُدُونِ

Dan aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka mengabdi (menyembah) kepada-Ku. ” (QS. Adz-Dzaariyaat (51): 56)

Makna يَعْبُدُوْنَ (menyembah-Ku) dalam ayat tersebut adalah mengesakan (mentauhidkan) Aku. (hal. 75-76)

وَأَعْظَمُ مَاأَمَرَاللّٰهُ بِهِ التَّوْحِيْدُ، وَهُوَ: أِفْرَادُ اللّٰهِبِا لْعِبَادَةِ. وَأَعْظَمُ مَا نَهَى عَنْهُ الشِّرْكُ، وَهُوَ: غَيْرِهِ مَعَهُ. والدَّلِيْلُ قَوْلُهُ تَعَالَىٰ:

Perkara teragung yang Allah perintahkan adalah tauhid, yaitu mengesakan Allah dalam peribadatan. Sedangkan perkara terbesar yang Allah larang adalah syirik, yaitu menyembah yang selain Allah sembari menyembah-Nya. (perintah tauhid diatas perintah sholat,berbakti kepada orang tua dll jadi)

Dalilnya adalah firman Allah Subhaanahu wa Ta’aalaa:

وَٱعْبُدُوا۟ ٱللَّهَ وَلَا تُشْرِكُوا۟ بِهِۦ شَيْـًٔا

Sembahlah Allah dan janganlah kamu mempersekutukan-Nya dengan sesuatu apa pun.” (QS. An-Nisaa' (4): 36)

SYARAH

1. Perkara teragung yang Allah perintahkan adalah tauhid, yaitu mengesakan Allah dalam peribadatan. Dalil perkataan ini adalah ayat yang disebutkan oleh penulis setelahnya:

وَٱعْبُدُوا۟ ٱللَّهَ وَلَا تُشْرِكُوا۟ بِهِۦ شَيْـًٔا ۖ وَبِٱلْوَٰلِدَيْنِ إِحْسَٰنًا وَبِذِى ٱلْقُرْبَىٰ وَٱلْيَتَٰمَىٰ وَٱلْمَسَٰكِينِ وَٱلْجَارِ ذِى ٱلْقُرْبَىٰ وَٱلْجَارِ ٱلْجُنُبِ وَٱلصَّاحِبِ بِٱلْجَنۢبِ وَٱبْنِ ٱلسَّبِيلِ وَمَا مَلَكَتْ أَيْمَٰنُكُمْ ۗ إِنَّ ٱللَّهَ لَا
يُحِبُّ مَن كَانَ مُخْتَالًا فَخُورًا

Sembahlah Allah dan janganlah kamu mempersekutukan-Nya dengan sesuatupun. Dan berbuat baiklah kepada dua orang tua, karib kerabat, anak anak yatim, orang-orang miskin, tetangga yang dekat dan tetangga yang jauh, teman sejawat, ibnu sabil dan hamba sahayamu. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong dan membangga-banggakan diri.” (QS. An-Nisaa, (4): 36)

Ayat ini disebut dengan ayat tentang 10 hak. Hak yang pertama disebutkan dalam ayat ini adalah hak Allah Ta’ala. Di dalamnya Allah memerintahkan agar kita menyembah-Nya. Tidak hanya sampai di situ, Allah juga melarang kita mempersekutukan-Nya. Dalil di atas juga kembali menegaskan bahwa ibadah yang tercampur dengan syirik tidak memberikan manfaat apa pun. (hal. 79-80)

2. Perkara terbesar yang Allah larang adalah syirik, yaitu menyembah yang selain Allah sembari menyembah-Nya. Syirik adalah dosa terbesar, lebih besar daripada dosa zina, minum khamr, mencuri, memakan harta orang lain dengan cara batil, berjudi dan dosa lainnya. Dalil perkataan ini adalah ayat yang berbunyi:

قُلْ تَعَالَوْا۟ أَتْلُ مَا حَرَّمَ رَبُّكُمْ عَلَيْكُمْ ۖ أَلَّا تُشْرِكُوا۟ بِهِۦ شَيْـًٔا ۖ وَبِٱلْوَٰلِدَيْنِ إِحْسَٰنًا ۖ وَلَا تَقْتُلُوٓا۟ أَوْلَٰدَكُم مِّنْ إِمْلَٰقٍ ۖ نَّحْنُ نَرْزُقُكُمْ وَإِيَّاهُمْ ۖ وَلَا تَقْرَبُوا۟ ٱلْفَوَٰحِشَ مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ ۖ وَلَا تَقْتُلُوا۟ ٱلنَّفْسَ ٱلَّتِى حَرَّمَ ٱللَّهُ إِلَّا بِٱلْحَقِّ ۚ ذَٰلِكُمْ وَصَّىٰكُم بِهِۦ لَعَلَّكُمْ تَعْقِلُون (١٥١) وَلَا تَقْرَبُوا۟ مَالَ ٱلْيَتِيمِ إِلَّا بِٱلَّتِى هِىَ أَحْسَنُ حَتَّىٰ يَبْلُغَ أَشُدَّهُۥ ۖ وَأَوْفُوا۟ ٱلْكَيْلَ وَٱلْمِيزَانَ بِٱلْقِسْطِ ۖ لَا نُكَلِّفُ نَفْسًا إِلَّا وُسْعَهَا ۖ وَإِذَا قُلْتُمْ فَٱعْدِلُوا۟ وَلَوْ كَانَ ذَا قُرْبَىٰ ۖ وَبِعَهْدِ ٱللَّهِ أَوْفُوا۟ ۚ ذَٰلِكُمْ وَصَّىٰكُم بِهِۦ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُونَ (١٥٢)


katakanlah, marilah kubacakan apa yang diharamkan atas kamu oleh tuhanmu. janganlah kamu mempersekutukan Dia dengan sesuatu apapun. Berbuat baiklah terhadap kedua orangtua. Janganlah kamu membunuh anak anakmu karena takut kemiskinan. Kami akan memberi rizki kepadamu dan kepada mereka. Janganlah kamu mendekati perbuatan-perbuatan yang keji, baik yang nampak maupun yang tersembunyi. Janganlah kamu membunuh jiwa yang diharamkan Allah (membunuhnya) melainkan dengan sesuatu (sebab) yang benar. Demikian itu yang diperintahkan kepadamu supaya kamu memahami(nya). Dan janganlah kamu dekati harta anak yatim kecuali dengan cara yang baik, hingga ia dewasa. Sempurnakanlah takaran dan timbangan dengan adil. Kami tidak memikulkan beban kepada seseorang melainkan sekedar kesanggupannya. Apabila kamu berkata, maka hendaklah kamu berlaku adil, kendatipun ia adalah kerabatmu Penuhilah janji kepada Allah. Yang demikian itu diperintahkan Allah kepadamu agar kamu ingat. ” (QS. Al-An'aam (6): 15 1152)

Ayat ini disebut dengan ayat tentang 10 wasiat. Wasiat yang pertama disebutkan dalam ayat ini adalah agar kita tidak mempersekutukan Allah (melakukan syirik) dengan sesuatu apa pun. Ini menunjukkan bahwa syirik adalah perkara terbesar yang Allah larang. (hal. 82-83)

Dalil lainnya adalah hadits shahih berikut:

سُىِٔل النَّبِيُّ صَلَى اللّٰهُ عَلَيْهِ وَسَاَّمَ: أَيُّ الذَّنْبِ أَعْظَمُ عِنْدَ اللّٰهِ ؟ قَالَ: أَنْ تَجْعَلَ لِلّٰهِ نِدًّا وَهُوَ خَلَقَكَ.

15 QS. Al-An'aam (6): 151-152 berisi (9) sembilan wasiat. Wasiat kesepuluh, yaitu mengikuti jalan Allah yang lurus, terdapat di ayat 153 yang tidak disebutkan oleh pensyarah. Allah berfirman di dalamnya,

وَأَنَّ هَٰذَا صِرَٰطِى مُسْتَقِيمًا فَٱتَّبِعُوهُ ۖ وَلَا تَتَّبِعُوا۟ ٱلسُّبُلَ فَتَفَرَّقَ بِكُمْ عَن سَبِيلِهِۦ ۚ ذَٰلِكُمْ وَصَّىٰكُم بِهِۦ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُونَ

Dan bahwa (yang Kami perintahkan ini) adalah jalan-Ku yang lurus, maka ikutilah dia, dan janganlah kamu mengikuti jalan-jalan (yang lain), karena jalan-jalan itu mencerai  2beraikan kamu dari jalan-Nya. Yang demikian itu diperintahkan Allah agar kamu bertakwa.

Nabi shallallaahu 'alaihi wa sallam ditanya, “Dosa apakah yang paling besar di sisi Allah?” Beliau pun menjawab, “Engkau menjadikan suatu tandingan terhadap Allah, padahal Allah yang menciptakanmu. (HR.Al Bukhari no. 6861 & Muslim no. 68 dari Abdullah bin Mas'ud Radhiyallahu'anhu.

Banyak lagi dalil pendukung tentang masalah ini, semisal surat alFurqaan (25): 68, al-Maaidah (5): 72, an-Nisaa' (4): 48 dan 116, Luqman (31): 13, hadits tentang 7 (tujuh) dosa besar yang membinasakan, dan sebagainya. (hal. 83-86)

3. Di antara definisi syirik adalah menyembah yang selain Allah seperti Malaikat, Nabi, orang shalih, sembari menyembah-Nya. (hal. 87)


Pemateri : Ustadz Muflih Safitra

Ringkasan kajian Ushul Tsalatsah pertemuan ke - 5
Selasa, 5 Ramadhan 1441 H/ 28 April 2020


Judul Buku Asli : Al Ushul ats Tsalatsah
Penulis : Syaikhul Islam al-Imam Muhammad bin Abdul Wahhab
Judul Buku Bahasa Indonesia : Penjelasan 3 Landasan Utama
Pensyarah : Syaikh Shalih bin Fauzan al-Fauzan
Penerbit : MUFID
Penerjemah : Ustadz Muflih Safitra










Komentar

Postingan populer dari blog ini

EBOOK PARENTING SERI - 9

Pengertian Sirah Dan Pentingnya Mempelajari Sirah Nabawiyyah

Keadaan Kota Mekah Sebelum Nabi shallallāhu ’alayhi wa sallam Diutus Bagian 01 Dari 04